Deskripsion : Tari Bedhoyo Ketawang adalah tari sakral milik Keraton Surakarta Hadiningrat. Lukisan ini saya buat berdasarkan testimoni seorang pelaku tari yang bernama ibu Astuti Hendrato yang sekarang umurnya sudah sekitar 90 tahun, namun beliau masih aktif sebagai dosen luar biasa Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Dari beliau saya mendapatkan sebuah buku kecil yang ditulis oleh KGPH Hadiwidjojo yang masih trah keraton Surakarta dan merupakan tulisan ketiga yang berani mengungkap tentang tari pusaka kraton Solo ini.
Dalam lukisan ini menggambarkan, ketika tahun 1920, Mr. Harloff (seorang Residen Pemerintah Hindia Belanda) bersama rombongan diperbolehkan melihat gelar tari Bedhoyo Ketawang pada acara ulang tahun jumenengan ndalem (kenaikan Tahta) Susuhunan Pakubuwono X. Peristiwa ini adalah pertama kalinya Bedhoyo Ketawang boleh dilihat oleh masyarakat dari luar Kraton, karena tarian ini memang bukan tari jenis hiburan, tetapi tarian yang bersifat Ceremonial. Sebagai Emphasis dari lukisan ini, saya tempatkan penampakan Kanjeng Ratu Kidul sedang menari diatas gumpalan asap, sedangkan sebagai latar belakang tampak Mr. Harloff bersama isteri dan rombongan mencermati suguhan tarian yang sedang digelar. Menurut penuturan ibu Astutik, bahwa kehadiran sang Ratu Kidul sudah dapat dirasakan sejak mereka (para penari) melakukan latihan. Walaupun mereka tidak bisa melihat secara visual, namun meraka dapat merasakan sentuhan- sang Ratu saat para penari melakukan kesalahan dalam gerakan tarinya. Sang Ratu membetulkan posisi tangan penari, sudut berdirinya kaki serta condongnya badan saat dalam posisi mendhak.
Lukisan ini saya buat dengan tujuan agar; dapat menjadi alat sosialisasi, bahan diskusi dan edukasi bagi masyarakat kita, agar mereka tidak ketinggalan informasi tentang budayanya sendiri.
Terima kasih kami sampaikan kepada yang terhormat ibu Astuti Hendrato dan juga mas Edy Bakso yang telah memfasilitasi sehingga saya dapat bertemu dan berkenalan dengan ibu Astuti yang ternyata juga sebagai penyunting buku kecil tersebut diatas. Semoga lukisan ini akan menjadi dokumentasi visual dan bermanfaat bagi dunia seni khususnya seni tari. Amin.
Dalam lukisan ini menggambarkan, ketika tahun 1920, Mr. Harloff (seorang Residen Pemerintah Hindia Belanda) bersama rombongan diperbolehkan melihat gelar tari Bedhoyo Ketawang pada acara ulang tahun jumenengan ndalem (kenaikan Tahta) Susuhunan Pakubuwono X. Peristiwa ini adalah pertama kalinya Bedhoyo Ketawang boleh dilihat oleh masyarakat dari luar Kraton, karena tarian ini memang bukan tari jenis hiburan, tetapi tarian yang bersifat Ceremonial. Sebagai Emphasis dari lukisan ini, saya tempatkan penampakan Kanjeng Ratu Kidul sedang menari diatas gumpalan asap, sedangkan sebagai latar belakang tampak Mr. Harloff bersama isteri dan rombongan mencermati suguhan tarian yang sedang digelar. Menurut penuturan ibu Astutik, bahwa kehadiran sang Ratu Kidul sudah dapat dirasakan sejak mereka (para penari) melakukan latihan. Walaupun mereka tidak bisa melihat secara visual, namun meraka dapat merasakan sentuhan- sang Ratu saat para penari melakukan kesalahan dalam gerakan tarinya. Sang Ratu membetulkan posisi tangan penari, sudut berdirinya kaki serta condongnya badan saat dalam posisi mendhak.
Lukisan ini saya buat dengan tujuan agar; dapat menjadi alat sosialisasi, bahan diskusi dan edukasi bagi masyarakat kita, agar mereka tidak ketinggalan informasi tentang budayanya sendiri.
Terima kasih kami sampaikan kepada yang terhormat ibu Astuti Hendrato dan juga mas Edy Bakso yang telah memfasilitasi sehingga saya dapat bertemu dan berkenalan dengan ibu Astuti yang ternyata juga sebagai penyunting buku kecil tersebut diatas. Semoga lukisan ini akan menjadi dokumentasi visual dan bermanfaat bagi dunia seni khususnya seni tari. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar